Sejarah Masjid Agung Ats-Tsauroh

Rp. 120.000

Penulis : Dr. H. Fadhlullah, S. Ag., M. Si
ISBN : 978-623-09-7133-4
Cover : Soft Cover
Halaman :  230 Halaman
Berat : 210 gr
Ukuran : 14 x 21 cm

Dinamika Masjid Ats-Tsauroh terus bergerak mengikuti sejarah pemerintahan Kabupaten Serang. Bentuk arsitekturnya juga mengalami perubahan hingga kemudian ditetapkan menjadi Masjid Agung Kota Serang pada tanggal 01 Juli 2020. Walikota Serang, H. Syafrudin S.Sos., M.Si. bergerak cepat merespon aspirasi masyarakat Kota Serang. Merevitalisasi Masjid Ats-Tsauroh dengan spirit aje kendor, partisipatif, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Jawara Banten, yakni: kukuh kana janji, leber wawanen alias wanten, dan silih wawangi.

Category:

Description

Pada tahun 1684 pelabuhan Banten dikuasai Belanda. Pada tahun 1809 Surosoan dihancurkan, kekuatan politik kesultanan Banten runtuh pada tahun 1813, dan pusat pemerintahan dipindahkan oleh Belanda ke Serang pada tahun 1832. Berbeda dengan Kota Islam Banten yang berporoskan Masjid, sebaliknya Serang dirancang sebagai Kota tanpa Masjid.

Seiring dengan bangkitnya semangat perlawanan kyai dan rakyat terhadap pemerintah Kolonial Belanda, seperti Geger Cilegon yang dimulai dari Masjid Beji, Bojonegara, maka pemerintah melakukan koreksi terhadap kebijakan Kota tanpa Masjid. Pada tahun 1870 Bupati Serang, Rd. Toemenggoeng Basoedin Tjondronegoro yang menjabat tahun 1848 hingga 1870 membangun Masjid Pegantungan di atas lahan yang ia mewakafkan seluas lebih 26,510 m2 ( 2,65 hektar). Gaya arsitektur Masjid mirip dengan bentuk masjid Demak. Kemudian diresmikan pada tanggal 14 Februari 1872 oleh penerusnya, R. T. Pandji Gondokoesoemo, Bupati Serang yang menjabat 1870-1888.

Pada tahun1968, setelah peristiwa G30/S PKI Masjid Pegantungan disematkan nama “Ats-Tsauroh” yang berarti revolusi. Nama ini disematkan oleh Bupati Serang, Letkol Tb. Suwandi yang menjabat 1962-1968. Nama Ats-Tsauroh diusulkan oleh intelektual ulama asal Bojonegara, Prof. KH. Syadeli Hasan. Nama Ats-Tsauroh ini semakna dengan jihad atau spirit aje kendor. Hal ini cerminan dari keteguhan sikap Kiyai dan santri, seperti KH. Tubagus Ahmad Chatib dan Brigadir Jendral KH. Syam’un yang istiqomah dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara republik Indonesia, dari agresi Belanda dan gangguan pengacau Laskar Gulkut yang berhaluan Komunis.

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Sejarah Masjid Agung Ats-Tsauroh”

0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop